BAB I

PENDAHULUAN


I.1 Latar Belakang
Kriptorkismus berasal dari kata cryptos (Yunani) yang berarti tersembunyi dan orchis yang dalam bahasa latin disebut testis. Nama lain dari kriptorkismus adalah undescended testes, testis ektopik ataupun pseudo kriptorkismus.1
 Testis yang berlokasi di luar jalur desensus yang normal disebut sebagai testis ektopik, sedangkan testis yang terletak tidak di dalam skrotum tetapi dapat didorong masuk ke dalam skrotum dan naik lagi bila dilepaskan dinamakan pseudokriptorkismus atau testis retraktil.1,2
Kriptorkismus adalah proses terhentinya penurunan satu atau kedua testis di antara rongga abdomen dan skrotum. Kriptorkismus merupakan gangguan diferensiasi seksual laki-laki yang sering dijumpai.1,3
 Kriptorkismus dapat menyebabkan infertilitas pada pria karena proses spermatogenesisnya terganggu sebab lokasi testis dalam skrotum pada keadaan normal sangat diperlukan untuk proses spermatogenesis, karena suhunya yang lebih rendah 1,5º - 2oC dibanding suhu di dalam tubuh yaitu sekitar 34,5° - 35ºC.3
Besar insidensi undesended testes berbeda pada tiap-tiap umur. Insidens pada bayi baru lahir 3 – 6%, umur satu bulan 1,8%, umur tiga bulan 1,5%, dan umur satu tahun 0,5 – 0,8%. Insidensi pada bayi lahir cukup bulan dijumpai 3% diantaranya menderita  kriptorkismus, sedangkan yang lahir kurang bulan sekitar 33% .3,4
 Pada berat badan bayi lahir (BBL) di bawah 2000 gram insidensi UDT 7,7%, 2,5% pada BBL 2000-2500 gram, dan BBL di atas 2500 gram 1,41%. Insidensi kriptorkismus unilateral lebih tinggi dibanding kriptorkismus bilateral. Sedang insidensi pada sisi kiri lebih besar yaitu  kiri 52,1% dan kanan 47,9%.3,4,5
Dari suatu penelitian didapatkan prevalensi di dunia 4,3% - 4,9% pada saat lahir, 1% - 1,5% pada umur 3 bulan, dan 0,8% - 2,5% pada umur 9 bulan. Sedangkan di AS, prevalensi kriptorkismus sekitar 3,7% saat lahir dan 1,1% dari umur 1 tahun sampai dewasa,  di Inggris  insidensinya meningkat lebih dari 50% pada kurun waktu 1965 – 1985. Di FKUI – RSUPCM dalam kurun waktu 1987 – 1993 terdapat 82 anak dengan kriptorkismus, sedang di FKUSU – RSUP Adam Malik Medan pada kurun waktu 1994 – 1999 terdapat 15 kasus.5,6
Kebanyakan testis turun dengan sendirinya dalam waktu sekitar 6 bulan setelah lahir. Anak laki-laki yang dilahirkan secara prematur  lebih mungkin mengalami kondisi seperti anak laki-laki yang anggota keluarganya mengalami testis yang tidak turun.7,8
 Separuh anak laki-laki dengan keadaan tersebut memiliki testis yang tidak turun hanya pada bagian kanannya, dan seperempatnya mempengaruhi kedua sisi.
            Menjelang akhir bulan kedua testis dan mesonefros dilekatkan pada dinding belakang perut melalui mesenterium urogenital. Dengan terjadinya degenerasi mesonefros pita pelekat tersebut terutama berperan sebagai mesenterium testis. Ke arah kaudal mesenterium ini menjadi ligamentum dan di kenal sebagai ligamentum genital kaudal.9,10
Di dalam daerah inguinal, ligamentum genital kaudal bersambungan dengan sebuah pita mesenkim, yang selanjutnya bersambungan ke dalam suatu pemadatan mesenkim di dalam tonjol skrotum. Bersama sama ketiga unsur tadi disebut gubernakulum testis. Sebagai akibat pertumbuhan tubuh yang cepat dan kegagalan gubernakulum testis untuk memanjang sesuai pertumbuhan tubuh ini, testis turun di bawah tingkat asalnya.1,11,12
 Menjelang bulan ketiga, testis terletak dekat daerah inguinal. Oleh karena itu gerak turun testis bukan merupakan suatu migrasi aktif, tetapi suatu pergeseran letak relatif terhadap dinding tubuh. Pasokan darah dari aorta tetap di pertahankan dan arteri testikularis berjalan turun dari pangkalnya pada tingkat lumbal menuju ke daerah inguinal.2,10,12
Terlepas dari gerak turun testis, peritoneum rongga selom membentuk suatu penonjolan di sisi kiri dan kanan garis tengah ke dalam dinding ventral perut. Penonjolan ini mengikuti perjalanan gubernakulum testis ke dalam tonjol dinding skrotum dan dikenal sebagai prosesus vaginalis. Oleh karena itu prosesus vaginalis disertai lapisan otot dan jaringan ikat dinding perut yang menonjol ke dalam tonjol skrotum, sehingga terbentuk kanalis inguinalis. Gubernakulum testis tetap terletak di ventral dan di luar prosesus vaginalis untuk selamanya.
Testis bergerak turun melalui anulus inguinalis dan melintasi margo superior os pubis ke dalam tonjol skrotum sewaktu lahir. Testis kemudian dilapisi oleh selapis lipatan prosesus vaginalis. Lapisan peritoneum yang meliputi testis di kenal sebagai tunika vaginalis testis lamina viseralis, bagian kantong peritoneum membentuk lamina parietalis. Saluran sempit yang menghubungkan rongga prosesus dengan rongga peritonium, menutup pada saat lahir atau segera sesudah lahir. Gerak turun terakhir testis disertai dengan perpendekan suatu gubernakulum dan dipengaruhi juga oleh hormon seperti gondotropin dan androgen.
Kriptorkismus disebabkan berbagai faktor antara lain BBLR, ketidak normalan aksis hipotalamus-hipofisis - gonad yang berperan dalam pembentukan hormon testosteron serta konversinya menjadi dihidrotestosteron yang dapat berpengaruh pada perkembangan testis. Abnormalitas dari epididimis juga dapat menyebabkan gangguan turunnya testis.
Kriptorkismus perlu dicurigai jika skrotum terlihat rata dan kecil yang seharusnya membulat dan tampak dua kantung. Biasanya kriptorkismus dapat didiagnosis pada bayi baru lahir atau pada saat kontrol rutin bulanan ke dokter.
            Untuk diagnosis harus diperiksa dengan teliti. Jika perlu dapat dilakukan USG atau MRI atau bahkan laparoskopi dan khusus untuk kriptorkismus bilateral harus dilakukan uji HCG (human chrorionic gonadotropin).
            Pengobatan kriptorkismus yaitu dapat dicoba dengan pemberian hormon HCG dan jika tidak berhasil selanjutnya harus dengan tindakan bedah.
                Tujuan dari penanganan kriptorkismus adalah meningkatkan fertilitas, mencegah torsio testis, mengurangi resiko cidera khususnya bila testis terletak di tuberkulum pubik, mengkoreksi kelainan lain yang menyertai, seperti hernia, mencegah / deteksi awal dari keganasan testis.12,13


1.2 Masalah

Berdasarkan uraian diatas maka perlu diperdalam pengaruh kriptorkismus dalam terjadinya infertilitas pada laki-laki.

1.3 Tujuan

Untuk mengetahui pengaruh keadaan kriptorkismus pada proses terjadinya infertilitas  pada laki-laki.

1.4 Manfaat

A. Dapat dijadikan referensi untuk bahan kuliah dalam pendidikan kedokteran
B. Dapat dijadikan referensi untuk penelitian selanjutnya

1.5 Metode penulisan

Bahan
Karya tulis ini merupakan suatu tinjauan pustaka yang bersifat deskriptif maka bahan-bahan yang di gunakan adalah:
1. Makalah-makalah ilmiah
2. Majalah kedokteran
3. Situs kesehatan dari internet
4. Buku ajar
5. Hasil konsultasi dengan dosen penbimbing


Cara kerja
  1. Mencari dan mengumpulkan bahan bahan baik dari buku, literatur, makalah ilmiah dan berbagai informasi lain yang berkaitan dengan topik yang akan di bahas
  2. Membaca dan mempelajari buku, literatur, makalah ilmiah serta informasi lainnya yang telah ada.
  3. Menyusun materi-materi yang berhubungan dengan topik yang akan di bahas.
  4. Pengetikan naskah.
  5. Konsultasi dan koreksi dari dosen pembimbing