Selasa, 13 September 2011

Stigma Tentang HIV pada masyarakat

BAB I
PENDAHULUAN

Masalah kesehatan masyarakat yang dialami Indonesia saat ini sangat kompleks dan menjadi beban ganda dalam pembiayaan pembangunan kesehatan. Pola penyakit yang diderita oleh masyarakat sebagian besar adalah penyakit infeksi menular seperti tuberkulosis paru, Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA), malaria, diare, dan penyakit kulit. Pada waktu yang bersamaan terjadi peningkatan penyakit tidak menular seperti penyakit jantung dan pembuluh darah serta diabetes mellitus dan kanker. Indonesia juga mengalami emerging diseases seperti demam berdarah dengue, HIV/AIDS, chikungunya, Severe Acute Respiratory Syndrome (SARS). Dengan demikian telah terjadi transisi epidemiologi sehingga Indonesia menhadapi beban ganda pada waktu yang bersamaan (double burden).1
 Human Immunodeficiency Virus (HIV) adalah virus penyebab Acquired Immune Deficiency Syndrome (AIDS) yang menyerang sistem kekebalan tubuh, sehingga si pengidap akan rentan terhadap penyakit lain. Sebelum HIV berubah menjadi AIDS pengidap akan tampak sehat dalam waktu 5 sampai 10 tahun meskipun demikian, seseorang sudah dapat menularkan HIV kepada orang lain melalui hubungan seks yang tidak aman, pemakaian jarum suntik bekas atau secara bergantian, karena HIV terdapat di dalam cairan darah, air mani, cairan vagina.1,2,3


Saat ini diperkirakan ada 5 – 10 juta orang pengidap HIV (Human Immuno Deficeincy Virus) yang belum menunjukkan gejala apapun tetapi potensial sebagai sumber penularan. Disamping itu telah dilaporkan adanya lebih kurang 100.000 orang penderita AIDS dan 300.000 – 500.000 orang penderita ARC (AIDS Related Complex) sampai 1 Maret 1989 telah dilaporkan 141.000 kasus AIDS ke WHO oleh 145 negara. AIDS adalah suatu penyakit yang sangat berbahaya karena mempunyai Case Fatality Rate 100 % dalam 5 tahun, artinya dalam waktu 5 tahun setelah diagnosis AIDS ditegakkan, semua penderita akan meninggal.1,3
Pada populasi normal Adult Mortality Rate adalah 50/10.000 bila seroprevalensi infeksi HIV adalah 10 % maka dalam 5 tahun mendatang Adult Mortality Rate ini akan meningkat dua kali menjadi 100/10.000. Ó2001 digitalized by USU digital library.
Berdasarkan data yang dikumpulkan sampai 3 Maret 1998, infeksi HIV/AIDS telah menyebar di 22 propinsi yaitu Daerah Istimewa Aceh 1 penderita, Sumatera Utara 25 penderita, Sumatera Barat 1 penderita, Riau 70 penderita, Sumatera Selatan 26 penderita, DKI Jakarta 181 penderita, Jawa Barat 19 penderita, Jawa Tengah 14 penderita, DI Yogyakarta 5 penderita, Jawa Timur 43 penderita, Kalimantan Barat 4 penderita, Kalimantan Tengah 4 penderita, Kalimantan Selatan 3 penderita, Kalimantan Timur 8 penderita, Sulawesi Utara 3 penderita, Sulawesi Selatan 4 pnederita, Bali 43 penderita, NTB 2 penderita, NTT 1 penderita, Maluku 16 penderita, Irian Jaya 137 penderita, Timor-Timor 1 penderita.1,2
Distribusi umur penderita AIDS di AS, Eropa dan Afrika tidak berbeda jauh, kelompok terbesar berada pada umur 30 – 39 tahun, dan menurun pada kelompok umur yang lebih besar dan lebih kecil. Hal ini membuktikan bahwa transmisi seksual baik homo maupun heteroseksual merupakan pola transmisi utama. Mengingat masa inkubasi AIDS yang berkisar dari 5 tahun ke atas, maka infeksi terbesar terjadi pada kelompok umur muda/seksual paling aktif yaitu 20 – 30 tahun. Rasio jenis kelamin pria, wanita di negara pola I adalah 10 – 15 : 1 karena sebagian besar penderita adalah kaum homoseksual, sedangkan di negara-negara pola II, rasio ini adalah 1 : 1.1,2,3
Perbandingan antara penderita dari daerah urban (perkotaan) dan rural (pedesaan) umumnya lebih tinggi di daerah urban, karena di kota lebih banyak dilakukan promiskuitas (hubungan seksual dengan banyak mitra seksual), maka kelompok masyarakat berisiko tinggi adalah kelompok masyarakat yang melakukan promiskuitas, yaitu kaum homoseksual termasuk kelompok biseksual, heteroseksual, dan penyalahguna narkotik suntik, serta penerima transfusi darah termasuk penderita hemofili dan penyakit-penyakit darah, anak dan bayi yang lahir dari ibu pengidap HIV. Kelompok homoseksual (termausk biseksual) kelompok ini termasuk kelompok terbesar pengidap HIV di Amerika Serikat. Prevalensi infeksi HIV dikalangan ini terus meningkat dengan pesat. Di San Fransisco pada tahun 1978, hanya 4 % kaum homoseksual diperkirakan mengidap HIV, 3 tahun kemudian angka ini bertambah menjadi 24 %, 8 tahun kemudian menjadi 80 % dan pada saat ini telah menjadi 100 %. Di London pada tahun 1982, hanya 3,7 % kaum homoseksual mengidap HIV, 3 tahun kemudian menjadi 21 % saat ini telah lebih dari 35 % sehingga diperkirakan pada tahun 1990 menjadi 100 %. 1-4
Kelompok heteroseksual, kelompok ini di Afrika merupakan kelompok utama dimana homoseksualitas tidak populer. Saat AIDS pertama kali dideteksi pada kaum homoseksual di negara negara maju, pola hubungan heteroseksual belum menjadi perhatian. Saat ini 4 % kasus AIDS berasal dari kelompok ini. Jumlah ini terus meningkat sehingga diramalkan akan terjadi epidemi AIDS kedua pada kaum heteroseksual. Sebagai perbandingan keadaan di Amerika Serikat dan Afrika, maka dapat diperbandingkan dari para penderita penyakit menular seksual heteroseksual yang berobat ke rumah sakit, persentase penderita dengan infeksi HIV di AS adalah 0 – 3,4 %, sedangkan di Afrika adalah 18 – 29 %. Demikian pula dengan sero-prevalensi HIV pada kaum laki-laki dan wanita hamil di Amerika Serikat berkisar pada angka 2 %, sedangkan di Afrika sampai 18 %. Dari data-data ini terlihat bahwa kelompok heteroseksual lebih menonjol di Afrika. Pernah ada anggapan bahwa AIDS berasal dari pedalaman Afrika dengan pola penyebaran heteroseksual. Dari penelitian akhir-akhir ini ternyata prevalensi di daerah urban tetap lebih besar daripada di pedesaan sehingga anggapan tersebut adalah tidak benar.
Prevalensi di kalangan WTS di beberapa tempat di Afrika Barat adalah 20 – 88 % sedangkan di Eropa dan Amerika Serikat berkisar antara 0 – 30 %. Kelompok heteroseksual risiko tinggi ini di Indonesia adalah para WTS, para pramupijat, pramuria bar dan club malam dan para pelanggannya. Kelompok penyalah guna narkotik suntik, mereka ini menggunakan alat suntik bersama dan sering masih terdapat sisa darah di dalam jarum atau alat suntik. Kelompok ini di Eropa meliputi 11 % dari semua kasus AIDS dan di Amerika Serikat 25 % dari seluruh kasus AIDS. Lingkungan biologis, sosial-ekonomi, budaya, agama sangat menentukan penyebaranAIDS.
AIDS adalah kumpulan berbagai gejala menurunnya kekebalan tubuh yang disebabkan oleh virus HIV, oleh karena itu orang yang mengidap AIDS amat mudah tertular oleh berbagai macam penyakit. HIV dan AIDS memang menakutkan dan belum ada obatnya. Kita perlu waspada agar virus ini tidak menyebar lebih luas lagi, namun bukan berarti pengidap HIV dan AIDS kita musuhi.1,2,3
Menurut laporan tahunan terbaru badan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB), United Nations on HIV/AIDS (UNAIDS) dalam AIDS epidemic update 2009, jumlah kasus infeksi baru HIV/AIDS di dunia dalam delapan tahun terakhir mengalami penurunan hingga 17%. Sub Sahara Afrika 15%, Asia Timur 25% dan Asia Tenggara 10%. Hal ini menyatakan bahwa program-program pencegahan HIV yang gencar digalakkan oleh World Health Organization (WHO) dan UNAIDS telah berdampak signifikan. Walaupun mengalami penurunan, jumlah penderita HIV/AIDS di Sub Sahara Afrika dan negara berkembang tetap tinggi.1
Di Indonesia berdasarkan data South-East Asia Regional Office of WHO (SEARO) Tahun 2009, diperkirakan 270.000 orang menderita HIV/AIDS dengan prevalensi pada orang dewasa sebesar 0,17% dan 28% di antaranya adalah perempuan. Penularan HIV/AIDS adalah melalui Injected Drug User (IDU) 40%, Wanita Pekerja Seks (WPS) 22%, pelanggan WPS 16%, Lelaki Seks Lelaki (LSL) 4%, wanita dengan pasangan berisiko tinggi 17%, dan lain-lain 1%. Secara keseluruhan, estimasi jumlah penderita HIV/AIDS di kawasan SEARO Tahun 2009 mengalami penurunan namun epidemik HIV/AIDS di Indonesia mengalami peningkatan dengan cepat. Indonesia merupakan negara dengan peningkatan kasus HIV/AIDS tercepat di Asia.1
Berdasarkan Profil Kesehatan Indonesia (2008), terdapat 6.015 kasus HIV+ dan 4.969 kasus baru AIDS sehingga jumlah kumulatif kasus AIDS sejak pertama kali ditemukan Tahun 1987 meningkat menjadi 16.110 kasus dengan jumlah kematian 3.362 orang (Crude Fatality Rate (CFR) 20,86%). Penderita AIDS dapat diketahui sebagai berikut : laki-laki (74,9%), perempuan (24,6%) dan 0,5% tidak tercatat jenis kelaminnya (0,5%) dan sebesar 50,82% berada pada usia produktif yaitu kelompok umur 20-29 tahun.1














BAB II
H A S I L

Penelitian ini dilakukan pada hari Sabtu, 20 Agustus 2011 bertempat di lingkungan Kelurahan Malalayang II dengan responden berjumlah 50 orang. Dengan karakteristik reponden dapat dilihat pada tabel 1.
Tabel 1. Karakteristik Responden

Karakteristik
Responden
Jumlah Orang
Umur(tahun)                        10-20
                                             21-30
                                             31-40
14
34                                          50
2
Jenis Kelamin                       Laki-laki
                                             Perumpuan
24                                          50
26
Pendidikan                            SMA
                                               S1
11
39                                           50

Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa responden terbanyak berumur 21-30 tahun, Jumlah responden perempuan lebih banyak daripada laki-laki dengan responden terbanyak berpendidikan S1.








 2.1.1 Informasi Mengenai HIV/AIDS
Grafik 1. Sumber Informasi Pertama Kali Responden Mengetahui tentang HIV/AIDS
Berdasarkan grafik 1, paling banyak responden pertama kali mendapatkan informasi seputar HIV/AIDS terbanyak melalui media massa sebanyak 94% yaitu dan teman 2% serta petugas kesehatan 2%.

Grafik 2. Kejelasan Informasi yang Diterima Responden
Dari grafik 2, dapat dilihat bahwa paling banyak responden yang mendapatkan informasi yang jelas mengenai HIV/AIDS, sebesar 80% yaitu 40 dari 50 responden. Sedangkan 20% atau 10 dari 50 responden merasa kurang jelas.
 Grafik 3. Cara Penyampaian Pemberi Informasi
Dari grafik 3 dapat dilihat bahwa paling banyak responden yang mendapatkan informasi mengenai HIV/AIDS disampaikan secara baik oleh pemberi informasi sebesar 80% yaitu 40 dari 50 responden, sedangkan 20% atau 10 dari 50 responden mengaku kurang baik.

2.1.2  Pengetahuan Responden Mengenai HIV/AIDS
Grafik 4. Pengetahuan Responden tentang Kepanjangan dari HIV
Dari grafik 4 dapat dilihat bahwa terdapat 84% yaitu 42 dari 50 responden yang mengetahui kepanjangan HIV, sementara 16% atau 8 dari 50 responden yang menjawab kurang tepat.

Grafik 5. Pengetahuan Responden tentang Kepanjangan dari AIDS
Tabel 5 menunjukkan bahwa paling banyak responden yang mengetahui kepanjangan dari AIDS yaitu 94% atau 47 dari 50 responden,
sedangkan yang menjawab kurang tepat atau tidak tahu masing-masing sebanyak 6% atau 3 dari 50 responden.

 Grafik 6. Pengetahuan Responden tentang Pengertian HIV
Dari grafik 6 dapat dilihat bahwa paling banyak responden yang menjawab benar pengertian HIV yaitu sebesar 90% atau 45 dari 50 responden. Sedangkan 10%  atau 5 dari 50 responden menjawab kurang tepat dan 13%.

Grafik 7. Pengetahuan Responden tentang Tempat Terdapatnya Virus HIV
Grafik 7 menggambarkan bahwa reponden mengetahui tempat terdapatnya virus HIV yaitu sebesar 98% atau 49 dari 50 responden serta yang menjawab kurang tepat sebesar 2% atau 1 dari 50 responden.

Grafik 8. Pengetahuan Responden tentang Kerentanan Tubuh Terjangkit Penyakit Lain
Tabel 8, menunjukkan bahwa paling banyak responden yang mengetahui penyakit-penyakit yang dapat menyerang tubuh setelah terserang HIV misalnya Tb, radang kulit, radang jamur di mulut sebesar 94% atau 47 dari 50 responden. Sedangkan 2% atau 1 dari 50 reponden mengaku tidak tahu dan 4% atau 2 dari 50 responden menjawab kurang tepat.

Grafik 9. Pengetahuan Responden tentang Masa Inkubasi Virus HIV
Pada grafik 9, paling banyak reponden yang mengetahui lamanya masa inkubasi virus HIV sampai akhirnya penderita menunjukkan gejala yaitu sebesar 82% atau 41 dari 50 responden. Sedangkan 16% atau 8 dari 50 responden mengaku tidak tahu dan 2% atau 1 dari 50 responden menjawab tidak tepat.
Grafik 10. Pengetahuan Responden tentang Gejala Terinfeksi HIV
Grafik 10 menggambarkan bahwa paling banyak responden yang mengetahui gejala jika tubuh telah terinfeksi HIV yaitu sebesar 96% atau 48 dari 50 responden. Sedangkan 2% atau 1 dari 50 responden menjawab tidak tahu dan 25 atau 1 dari 50 responden menjawab kurang tepat.

Grafik 11. Pengetahuan Responden tentang Cara Penularan HIV
Tabel 11 menunjukkan bahwa paling banyak responden yang mengetahui cara – cara penularan HIV yaitu sebesar 98% atau 49 dari 50 responden. Sedangkan 2% atau 1 dari 50 responden menjawab jawaban kurang tepat.

Grafik 12. Pengetahuan Responden tentang Pencegahan Penularan HIV
Dari grafik 12 di atas dapat dilihat bahwa paling banyak responden yang mengetahui cara pencegahan penularan HIV sebanyak 94% atau 47 dari 50 responden. Sedangkan 6% atau 3 dari 50 responden menjawab jawaban kurang tepat.

Grafik 13. Pengetahuan Responden tentang Kelompok Resiko Tinggi Tertular HIV
Tabel 13 menunjukkan bahwa semua responden yang mengetahui siapa saja yang beresiko tinggi tertular HIV yaitu sebesar 100%.

Grafik 14. Pengetahuan Responden tentang Pengobatan HIV
Dari grafik 14 di atas dapat dilihat bahwa paling banyak responden yang mengetahui pengobatan yang dapat dilakukan kepada penderita HIV, yaitu sebesar 88% 44 dari 50 responden. Sedangkan 2% 1 dari 50 reponden menjawab tidak tahu dan 10% 5 dari 50 responden menjawab kurang tepat.

2.1.3 Persepsi Responden Terhadap AIDS
Grafik 15. Persepsi Responden Bahwa AIDS merupakan Penyakit Memalukan dan Mematikan
Grafik di atas menggambarkan bahwa  responden menganggap bahwa AIDS adalah penyakit yang memalukan dan mematikan yaitu sebanyak 32% atau 16 dari 50 responden, sedangkankan 6%  3 dari 50 responden menjawab tidak setuju dan 60% atau 30 dari 50 responden kurang setuju.

Grafik 16. Persepsi Responden Bahwa Penderita AIDS Dapat Kehilangan Nafsu Makan
Grafik 16 menunjukkan bahwa responden memiliki persepsi bahwa AIDS akan membuat penderitanya kehilangan nafsu makan yaitu sebesar 40% atau 20 dari 50 responden. Sedangkan responden menjawab kurang setuju 54% atau 27 dari 50 responden dan  reponden tidak setuju sama masing-masing 6% atau 3 dari 50 responden.

Grafik 17. Persepsi Responden Bahwa Penderita AIDS Dijauhi Keluarganya
Dari grafik 16, dapat dilihat bahwa paling banyak responden kurang setuju jika penderita AIDS dijauhi oleh keluarganya yaitu sebesar 60% atau 30 dari 50 responden. Sedangkan 32% responden menjawab setuju dan 8% atau 4 dari 50 responden  menjawab tidak setuju.

Grafik 18. Persepsi Responden Bahwa Penderita AIDS Dikucilkan Teman-temannya
Grafik 18 menggambarkan bahwa responden menganggap bahwa penderita AIDS dikucilkan teman-temannya yaitu sebesar 30% atau 15 dari 50 responden. Sedangkan 62% atau 31 dari 50 responden menjawab kurang setuju dan 8% atau 4 dari 50 responden tidak setuju.

 Grafik 19. Persepsi Responden Bahwa Penderita AIDS Akan Dicemooh Masyarakat
Grafik 19 memperlihatkan responden setuju penderita AIDS dicemooh masyarakat yaitu sebesar 28% atau 14 dari 50 responden. Sedangkan 60% atau 30 dari 50  responden menjawab kurang setuju dan 12% atau 6 dari 50 responden tidak tahu setuju.






















BAB III
PEMBAHASAN

3.1    Informasi yang Diperoleh Masyarakat Seputar HIV/AIDS
Informasi mengenai HIV/AIDS paling banyak diterima responden dari media massa seperti televisi, koran, majalah, dan sebagainya. Data ini hampir sama dengan hasil penelitian Pali yang menyebutkan bahwa televisi dan koran/majalah merupakan sumber informasi HIV/AIDS terbesar bagi masyarakat.4 Begitu pula dengan kejelasan informasi 94% responden menjawab jelas dan cara penyampaian informasi 80% responden menjawab baik. Hal ini dimungkinkan karena saat ini media massa adalah suatu alat yang paling mudah, cepat, dan jelan pengulasan masalah serta baik dalam penyampaian informasi. Sehingga masyarakat dapat mengetahui informasi seputar HIV/AIDS dengan mudah pula dan jelas.5
3.2    Pengetahuan Masyarakat Seputar HIV/AIDS
Human immunodeficiency virus (HIV) merupakan retrovirus yang menjangkiti sel-sel sistem kekebalan tubuh manusia (terutama CD4 positive T-sel dan macrophages–komponen-komponen utama sistem kekebalan sel), dan menghancurkan atau mengganggu fungsinya. Infeksi virus ini mengakibatkan terjadinya penurunan sistem kekebalan yang terus-menerus, yang akan mengakibatkan defisiensi kekebalan tubuh.2,3,6
Acquired immunodeficiency syndrome (AIDS) menggambarkan berbagai gejala dan infeksi yang terkait dengan menurunnya sistem kekebalan tubuh. Infeksi HIV telah ditahbiskan sebagai penyebab AIDS. Tingkat HIV dalam tubuh dan timbulnya berbagai infeksi tertentu merupakan indikator bahwa infeksi HIV telah berkembang menjadi AIDS.2,3,6
Ada 84% responden yang mengetahui kepanjangan dari HIV dan ada 94%  responden yang mengetahui kepanjangan dari AIDS. Sementara ada 90% responden juga yang mengetahui pengertian dari HIV.
HIV berada terutama dalam cairan tubuh manusia. Cairan yang berpotensial mengandung virus HIV adalah darah, cairan sperma, cairan vagina dan air susu ibu. Sedangkan cairan yang tidak berpotensi untuk menularkan virus HIV adalah cairan keringat, air liur, dan air mata. 2,3,7
Ketika tubuh terserang HIV maka tubuh rentan terserang penyakit lain seperti tuberkulosis, infeksi kulit, dan infeksi jamur di mulut. Sebagian besar orang yang terkena HIV, bila tidak mendapat pengobatan, akan menunjukkan tanda-tanda AIDS dalam waktu 5-10 tahun. Gejala AIDS biasanya berat badan menurun lebih dari 10% dalam 1 bulan, diare kronis yang berlangsung lebih dari 1 bulan, demam berkepanjangan lebih dari 1 bulan, batuk-batuk lama lebih dari 1 bulan, penurunan kesadaran dan gangguan neurologis, demensia/HIV ensefalopati.6,7
Ada 98% responden menjawab benar di mana saja virus HIV berada. Sementara ada 94% reponden mengetahui bahwa saat tubuh terserang HIV maka tubuh akan rentan terkena penyakit tuberkulosis, radang kulit, dan radang jamur di mulut. Ada 82% responden yang tahu bahwa virus HIV membutuhkan waktu 5-10 tahun hingga menunjukkan gejala. Dan ada 96% responden mengetahui gejala-gejala jika tubuh telah terinfeksi HIV.
Virus HIV menular melalui senggama yang membiarkan darah, air mani, atau cairan vagina dari orang HIV-positif masuk ke aliran darah orang yang belum terinfeksi (yaitu senggama yang dilakukan tanpa kondom melalui vagina atau dubur; juga melalui mulut, walau dengan kemungkinan kecil), memakai jarum suntik yang bekas pakai orang lain, dan yang mengandung darah yang terinfeksi HIV, menerima transfusi darah yang terinfeksi HIV, dan ari ibu HIV-positif ke bayi dalam kandungan, waktu melahirkan, dan jika menyusui sendiri. Pencegahannya yaitu dengan cara menghindari cara-cara penularan tersebut. Cara Penularan HIV/AIDS. 2,3,8
Kelompok orang yang beresiko tinggi tertular HIV adalah Pengguna napza suntik, pekerja seks dan pelanggan mereka, lelaki yang berhubungan seks dengan lelaki, narapidana, pelaut dan pekerja di sektor transportasi lebih berisiko terkena infeksi HIV. 2,3,9
Tidak ada obat yang seenuhnya mengobati HIV/AIDS. Saat ini, obat antiretroviral digunakan untuk pengobatan HIV/AIDS.  Obat-obatan ini bekerja melawan infeksi itu sendiri dengan cara memperlambat reproduksi HIV dalam tubuh.10
Ada 98% responden mengetahui cara-cara penularan HIV sedangkan hanya 96% responden mengetahui bagaimana cara mencegah penularan HIV.  Semua responden yang mengetahui kelompok orang risiko tinggi tertular HIV. Dan responden yang mengetahui pengobatan yang dapat dilakukan terhadap penderita HIV ada 88% .


3.3    Persepsi Masyarakat Terhadap HIV/AIDS
Fenomena orang-orang dengan HIV positif masih dianggap sebagai suatu yang asing tapi menarik bagi kebanyakan masyarakat. Orang dengan HIV/AIDS (ODHA) menghadapi masalah sosial. Diperlakukan berbeda oleh orang lain dalam. Dalam pergaulan dikucilkan oleh teman-temannya bahkan oleh keluarganya sendiri. Ketakutan akan diperlakukan yang dibedakan ini un membuat orang HIV positif susah menjembatani diri dengan orang lain. Takut untuk membagi pengalamannaya, bahkan untuk untuk menyatakan dirinya sakit. Orang HIV positif menyebabkan keresahan baik dalam kelompok kecil maupun dalam skala.11
Ada 32% responden yang menyatakan HIV/AIDS merupakan penyakit yang menimbulkan rasa malu dan mematikan. Sementara ada 40% responden yang menyatakan penyakit HIV/AIDS menyebabkan penderitanya kehilangan nafsu makan. Namun 32% responden setuju penyakit HIV/AIDS membuat penderitanya dijauhi oleh keluarga. Sedangkan 30% responden yang setuju bahwa penyakit HIV/AIDS akan membuat penderita dikucilkan oleh teman-teman ada. Dan ada 28% responden yang setuju dengan penderita HIV/ADIS akan dicemooh oleh masyarakat.
Stigma merupakan persoalan khas yang masih terjadi pada ODHA, terutama stigma sebagai pendosa, tidak bermoral. Padahal proses pemaparan HIV tidak hanya berlatar belakang pada persoalan tersebut. Masalah ODHA juga semakin kompleks ketika ia harus menjalani kehidupannya sehari-hari. Berbagai persoalan terus membuntuti seperti stigma. ODHA ini tidak hanya terkait masalah medis, tapi juga masalah kultur sosial bagaimana masyarakat menempatkan posisi ODHA termasuk persepsi masyarakat.11






















BAB IV
PENUTUP

4. 1  Kesimpulan
1.      Informasi yang diperoleh masyarakat di wilayah kerja Kecamatan Malalayang kelurahan malalayang II  paling banyak berasal dari media massa seperti televisi, koran, majalah, dan sebagainya.
2.      Sebagian besar masyarakat di wilayah kerja Kecamatan Malalayang kelurahan malalayang II dinilai sudah memiliki pengetahuan dasar seputar penyakit HIV/AIDS.
3.      Sebagian besar masyarakat di wilayah Kecamatan Malalayang dinilai memiliki memiliki persepsi negatif terhadap penyakit dan penderita  HIV/AIDS.
4.2  Saran
1.      Mengembangkan pengetahun masyarakat tentang HIV/AIDS secara menyeluruh termasuk cara penularan, orang berisiko tinggi tertular HIV/AIDS, dan keadaan sosial yang dialami penderita HIV/AIDS agar tidak terjadi kesalahpahaman masyarakat tentang HIV/AIDS yang seringkali berdampak pada persepsi buruk terhadap ODHA.
2.      Kerja sama yang erat antara pemerintah, petugas kesehatan, media massa, dan masyarakat dalam penyebaran informasi yang komprehensif dan holistik mengenai HIV/AIDS.


DAFTAR PUSTAKA
1.        Saragih SH. Pengaruh Pengetahuan dan Persepsi  Penderita HIV/AIDS di Wilayah Kerja Puskesmas Tanung Morawa Kabupaten Deli Serdang tentang Penyakit AIDS dan Klinik VCT terhadap Tingkat Pemanfaatan Klinik VCT Tahun 2010. [Skripsi]. Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara. Medan; 2011.
2.        Djoerban Z, Djauzi S. HIV/AIDS di Indonesia. Dalam: Buku Ajar Penyakit Dalam Jilid keempat Edisi ketiga. Jakarta: Departemen Ilmu Penyakit Dalam FKUI. 2006; 405:1803-808.
3.        Badimulja U, Daili SF. Acquired Immune Deficiency Syndrome (AIDS). Dalam: Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin Edisi kelima. Editor: Djuanda A, Hamzah M, Aisah S. Jakarta: Bagian Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin FKUI. 2007; 63:427-32.
4.        Komisi Penanggulangan AIDS. Info HIV dan AIDS. Available from: http://www.aidsindonesia.or.id/dasar-hiv-aids). Diakses:  8 Agustus 2011.
5.        Komunitas AIDS Indonesia. Informasi HIV-AIDS. Available from: http://aids-ina.org/modules.php?name=FAQ&myfaq=yes&id_cat=1&categories=HIV-AIDS) . Diakses: 8 Agustus 2011.
6.        Anomim. Cara Penularan HIV/AIDS. Available from:  . http://makhluksurga.blogspot.com/2009/06/cara-penularan-virus-hivaids.html. Dikases: 11 Agustus 2011.
7.        Sulistyowati L. Kelompok Resiko Tinggi. Yayasan Abdi Asih.
8.        Komisi Penanggulangan AIDS. Perawatan. Available from: http://www.aidsindonesia.or.id/dasar-hiv-aids/perawatan. Diakses:  8 Agustus 2011.
9.        Demartoto A. ODHA, Masalah Sosial dan Pemecahannya. Dalam: Jurnal Penduduk dan Pembangunan  6(2) Desember 2006: 105-115.
10.    Pali M. Profil Pengetahuan, Persepsi, Keyakinan dan Sikap Masyarakat tentang HIV/AIDS serta Implikasinya bagi Penelitian Bidang Ekonomi. Dalam: Jurnal Manajemen Akuntansi dan Bisnis 5(3) Desember 2007.
11.    Anonim. Pengaruh  Media Massa terhadap Masyarakat. Posted: Minggu 24 Februari 2008. Available from:   http://indonesian.irib.ir/index.php?option=com_content&task=view&id=1330. Dikases: 9 Agustus 2011.















KUESIONER


I.    Identitas Informan
Nama                           :
Umur                           :           tahun
Jenis kelamin               : Perempuan / Laki-laki
Pendidikan terakhir      :
Alamat                         :

Petunjuk pengisian

A. Mohon kesediaan saudara/i untuk memberi jawaban terhadap pernyataan-pernyataan di bawah ini dengan memilih salah satu alternatif jawaban Saudara/i.
B. Mohon kesediaan saudara/I untuk memberikan alasan atas jawaban yang anda pilih.
C. Jika ada yang kurang dimengerti anda boleh bertanya kepada peneliti.

II. Informasi

1. Untuk pertama sekali, anda mendengarkan informasi seputar HIV/AIDS dari mana?
a. Teman

b. Saudara

c. Keluarga

d. Petugas kesehatan

e. Media massa (televisi, radio, buku, Koran dll)

2. Menurut Anda bagaimana informasi yang disampaikan dari segi kejelasan?

a. Jelas
b. Kurang jelas
c. Tidak jelas
3. Menurut Anda bagaimana cara penyampaian si pemberi informasi?

a. Baik
b. Kurang baik
c. Tidak baik

III. Pengetahuan Tentang Penyakit AIDS

1. HIV merupakan singkatan dari apa?

a. Human Immunodeficiency Viruss

b. Human Immuno Viruss

c. Tidak tahu

2. AIDS merupakan singkatan dari apa?

a. Aquired Immune Deficiency Syndrome

b. Aquired Immune Deficiency System

c. Tidak tahu

3. Yang dimaksud dengan HIV ?

a. Virus yang menyerang sistem kekebalan tubuh manusia dan akan menimbulkan AIDS
b. Virus yang menyerang sistem kekebalan tubuh manusia

c. Tidak tahu

4. Virus HIV terdapat dalam…..

a. Darah, cairan vagina, air mani

b. Darah

c. Tidak tahu



5. Ketika tubuh terserang HIV maka tubuh akan rentan terkena penyakit lainnya yaitu…
a. Tb, radang kulit, radang jamur di mulut

b. Tb

c. Tidak tahu

6. Virus HIV membutuh kan waktu berapa lama hingga menunjukkan gejala-gejalanya?
a. 5-10 tahun

b. 1-5 tahun

c. Tidak tahu

7. Yang menjadi gejala-gejala jika tubuh sudah terinfeksi HIV adalah….

a. Penurunan berat badan >10% dalam waktu singkat, demam selama 1 bulan lebih, diare kronik selama 1 bulan lebih, batuk selama 1 bulan lebih
b. Demam dan diare

c. Tidak tahu

8. Virus HIV dapat menular melalui…

a. Hubungan seks yang tidak aman, penggunaan jarum suntik secara bergantian, transfusi darah.
b. Hubungan seks yang tidak aman, penggunaan jarum suntik secara bergantian

c. Tidak tahu

9. Penularan HIV dapat dicegah melalui…

a. Menjauhi hubungan seks yang tidak aman, penggunaan jarum suntik secara bergantian, transfusi darah yang steril.
b. Menjauhi hubungan seks yang tidak aman, penggunaan jarum suntik secara bergantian.
c. Tidak tahu

10. Kelompok orang yang termasuk dalam risiko tinggi tertular HIV adalah…

a. Wanita pekerja seks dan pelanggannya, waria dan pelanggannya, pengguna jarum suntik
b. Wanita pekerja seks dan pelanggannya, waria dan pelanggannya.

c. Tidak tahu

11. Pengobatan yang dapat dilakukan terhadap penderita HIV adalah…

a. Pengobatan terhadap infeksi oportunistik, pengobatan untuk peningkatan secara umum dan pengobatan Antiretroviral (ARV).
b. Pengobatan untuk peningkatan secara umum dan pengobatan Antiretroviral (ARV).
c. Tidak tahu


IV. Persepsi Terhadap Penyakit AIDS

1. Penyakit AIDS merupakan penyakit yang menimbulkan rasa malu dan mematikan.

a. Setuju
b. Kurang setuju
c. Tidak setuju
2. Penyakit AIDS akan membuat penderita kehilangan nafsu makan

a. Setuju
b. Kurang setuju
c. Tidak setuju

3. Penyakit AIDS akan membuat penderita dijauhi oleh keluarga.

a. Setuju
b. Kurang setuju
c. Tidak setuju
4. Penyakit AIDS akan membuat penderita dikucilkan oleh teman-teman.

a. Setuju
b. Kurang setuju
c. Tidak setuju
5. Penyakit AIDS akan membuat penderita dicemooh oleh masyarakat.

a. Setuju
b. Kurang setuju
c. Tidak setuju